Kemarin dalam 1×24 jam, akun fb saya agak error untuk “share” status fb teman. Saya bisa share tapi tidak terlihat oleh friends dan followers. Saya laporkan ke fb kendala ini, jawabannya akun saya melanggar aturan baku fb, katanya saya meng-upload musik yang punya copyright.
Saya tidak tahu kalau instrumen musik yang saya sertakan dalam video punya hak cipta karena saya asal mengunduh dari youtube.
Inilah keteraturan alam, jangankan fb yang merupakan jejaring sosial, Anda bermain game saja diikat oleh aturan-aturan. Tidak taat aturan main dari aplikasi game yang Anda pakai, Anda terhempas secara auto dari permainan. Inilah alam semesta Anda, satu wujud keteraturan mutlak. Maka ini Anda tidak usah diajari berpakaian, dan sekalipun Anda adalah suku pedalaman dengan budaya sangat terbelakang, Anda terinspirasi menutup bagian-bagian tertentu dari tubuh Anda. Inspirasi berpakaian wujud dari kesadaran kesemestaan tertinggi yang mengalir dalam nurani Anda yakni kesadaran beretika.
Sekarang Anda bermainlah tarik tambang. Anda tarik lawan agar dia jatuh, pasti Anda akan mendapat perlawanan berupa pertahanan yang seimbang dengan tarikan yang Anda berikan. Inilah mekanisme gravitasi atau mekanisme elektromagnet alam semesta. Partikel-partikel alam semesta saling menarik, maka mereka saling menahan.
Mekanisme gravitasi atau elektromagnet ini ada dalam ego Anda. Anda dipasang mekanisme ego ini agar Anda seperti planet-planet dan partikel-partikel atom, yakni berjalan pada garis orbitnya. Maka ini alam semesta tidak mengenali liberalisme, entah liberalisme agama, liberalisme demokrasi, liberalisme sosial, ataupun liberalisme ekonomi. Semua sistem liberal, drop out dari sistem alam, sebab alam semesta bermekanisme gravitasi ataupun elektromagnet, yang dalam sistem soul Anda berupa egosentris.
Selama ini Anda karena memahami spiritual, seringkali lupa pada ego Anda. Benar di dalam spiritual tidak ada mekanisme gravitasi / elektromagnet ataupun ego, karena spiritual adalah medan quantum. Anda sesudah mati tidak lagi punya ego, Anda total di medan quantum.
Banyak peserta seminar saya, baik on line maupun off line, yang kebaikan hati mereka dimanfaatkan orang-orang mental kere. Ditalangi hutangan, orang mental kere jadi malahan pelanggan hutang. Hutang lagi, hutang lagi dan hutang lagi. Sampai si penalang hutang merasa sangat repot. Dikasih bantuan sedekah, si mental kere ketagihan minta lagi, sampai bikin enek. Diberi bantuan untuk menunjang pendidikan anak-anaknya, si mental kere malah menggunakannya untuk urusan tidak jelas, lagi-lagi merepotkan.
Kelakuan para mental kere itu yang disebut “ngelunjak”. Ketika Anda merasa dilunjaki seperti itu, Anda kembalilah pada mekanisme gravitasi / elektromagnet Anda. Artinya kembali pada orbit ego Anda agar stabil dan harmoni lagi. Caranya tentu hentikan uluran tangan Anda terlebih dulu. Apa ini bukan tega namanya? Ya tega, tapi untuk memberdayakan, biar si mental kere tahu diri. Sebab diri Anda pun perlu dihargai. Hidup tanpa ego sebagai hak kebendaan diri Anda, dan Anda hanya memakai spiritual, Anda tidak ubahnya bangkai. Anda amati kelakuan saya ketika ada orang tanpa alasan menyanggah tulisan saya ataupun nyinyir, pasti saya skak mat dirinya dengan jawaban yang pedas pula. Rese terus saya unfriend. Makin kurang ajar saya blokir.
Anda tidak akan menemukan spiritual saya ketika saya menghadapi orang-orang semacam itu. Anda hanya akan menemukan ego saya. Kenapa demikian? Alasannya sama, demi menghargai diri. Daripada saya mendiamkan tapi dia makin liar tidak bisa melihat harga diri orang lain, ya mending hajar saja biar terdidik. Memaafkan si memaafkan, hanya saja mekanisme harga diri harus tetap jalan.
Mekanisme alam akan gravity ego ini yang kemudian melahirkan konsep “daf'ush shiyâl” dalam Fikih Islam, yakni konsep “menolak anarkisme” dengan membela diri. Menjaga gravitasi atau elektromagnet ego demi harga diri yang kemudian muncul hak cemburu bagi seseorang. Bahkan Umar bin Khatab dijamin masuk surga karena karakter cemburunya yang kuat. Namun tentu bukan cemburu buta.
“Aku (Muhammad Saw) masuk dalam surga dan aku mendatangi surga, lalu aku melihat sebuah gedung megah. Aku bertanya, ‘Untuk siapa ini?’ Malaikat menjawab, ‘Untuk Umar bin Khattab.’ Lalu aku ingin memasukinya, dan tak ada yang mencegahku kecuali tahuku akan cemburumu (Umar bin Khattab).” Lalu Umar bin Khattab menyahut, ‘Hai, Rasulullah, Bapak dan Ibuku menjadi tebusan. Hai, Nabi Allah, atas dirimu aku cemburu.”(H.R. Bukhari)