Nabi Isa AS masih bayi merah sudah keluarkan mukjizat bisa bicara.
Orang-orang Yahudi bertanya-tanya tentang siapa bayi itu. Tetapi Maryam tidak menjawab pertanyaan mereka. Terlebih Maryam sudah bernazar tidak berbicara dengan siapa pun.
Atas petunjuk Allah SWT, sayidah Maryam menunjuk kepada putranya supaya berbicara menjelaskan. Tetapi orang-orang Yahudi itu masih bertanya-tanya bagaimana mereka bisa bicara dengan bayi.
فَاَشَارَتْ اِلَيْهِۗ قَالُوْا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِى الْمَهْدِ صَبِيًّا
“Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (QS Maryam ayat 29).
Atas karunia Allah SWT, Nabi Isa yang masih bayi dan dalam gendongan ibunya itu berbicara dan menjelaskan kepada orang-orang Yahudi bahwa ia adalah hamba Allah SWT.
Dan bahwa Allah SWT akan memberikan kepadanya kitab Injil. Dan Allah SWT akan menjadikannya seorang nabi.
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
“Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.” (QS Maryam ayat 30).
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa ini adalah kalimat yang pertama diucapkan nabi Isa putra Maryam. Dan kata awal yang diucapkan nabi Isa adalah “Inni ‘Abdullah,” atau, “Aku adalah hamba Allah.”
Cerita ini menunjukan energi privilege di alam semesta itu nyata ada. Bagaimana bisa bayi merah yang kenal arti zuhud belum, kenal zikir kepada Allah juga belum, apalagi pernah melakukan amal shalih, kok tiba-tiba punya kekeramatan layaknya orang suci yang telah menempa spiritual selama puluhan tahun?
Secara spiritual bayi Isa putra Maryam itu kerja spiritual, apa? Isa peroleh mukjizat bisa bicara karena peroleh energi spiritual secara privilege dari ibunya.
Artinya yang selama ini taat kepada Allah dengan ketat dan istiqamah itu ibunya, yang berlaku zuhud itu ibunya, yang menempa spiritual itu ibunya, namun putranya yang kemudian terima limpahan energinya.
Jadi wajar kalau dimana-mana, baik dalam skala politik nasional maupun daerah, di Indonesia juga di luar negeri muncul fenomena politik dinasti, dimana orang tuanya yang bekerja tekun dalam politik, lalu anaknya yang masih ingusan berada selevel energi politik dengan orang tuanya.
AHY dengan mudah duduk di ketum Partai Demokrat. Megawati kokoh di singgasana PDIP karena privilege dari energi PNI di masa Soekarno.
Lee Hsien Loong kokoh di kursi perdana menteri Singapura karena energi privilege Lee Kuan Yew. Goerge Walker Bush yang membangun politik di negara paling liberal demokrasinya;
USA, juga melenggang menjadi presiden karena ada energi politik privilege dari ayahnya George Bush.
Jadi pantas ada wali kota belum ada 3 tahun, usia masih bkcah, pengalaman politik masih minim, tiba-tiba naik jadi capres, itulah energi privilege.
Setiap orang punya akses energi privilege karena setiap orang lahir dari keturunan. Keturunan tukang pijat akan mudah mengakses energi privilige ilmu pijat beserta pasarnya.
Dia tidak pernah kursus pijat, tiba-tiba bisa memijat dan punya pengetahuan struktur urat dan otot tubuh, dan antiknya lalu pijatnya laku di pasar.
Tukang jahit begitu, tukang bangunan begitu, petani begitu, guru begitu, ulama begitu, pejabat begitu, politik begitu, dan seterusnya. Jadi Anda semua punya akses spesial ke energi privilege.
Masih mau cemburu dengan Gibran Rakabuming Raka? Wuakkk
Tidak usah cemburu, Anda punya akses energi privilege sendiri-sendiri kok.
Oke. Selama ini Anda sering dimotivasi untuk tidak melihat siapa bapak Anda agar Anda bangkit tanpa melihat siapa leluhur Anda, tidak tumbuh menjadi orang berkecil hati;
لَيْسَ الْفَتىَ مَنْ يَقُوْلُ كَانَ أَِبيْ، وَلـٰكِنَّ الْفَتىَ مَنْ يَقُوْلُ هٰـأَنَاذَا
“Bukanlah pemuda yang mengatakan inilah bapakku.
Akan tetapi, pemuda adalah orang yang mengatakan inilah aku.” (Syair Ali bin Abi Thalib).
Dan terbukti, banyak kok orang yang mampu menjadi perintis nasab hebat yang selanjutnya mampu mewariskan energi privilege ke keturunannya.
Ken Arok bukan keturunan raja, ia merintis nasab rajanya sendiri. Banyak orang besar lahir tanpa akses privilege dari orang tuanya, ia membangunnya sendiri.
Namun sebenarnya energi privilege itu juga energi positif hidup ketika Anda mampu menggunakannya dengan baik.
Seorang sahabat saya punya otak bebal sekali, IQ-nya rendah. Di pesantren boro-boro dia menonjol, tidak naik kelas sudah jadi langgganan.
Namun dia putra ulama besar, mau putus asa dia merasa, “Aku anak ulama besar, masa tidak bisa sukses kuasai ilmu agama? Masa aku tidak betah di pondok pesantren?”
Rasa provilege anak ulama besar itu yang terus dia bangun, hasilnya sebodoh dan sepayah apapun dia tetap bertahan di pesantren, dan hasilnya kebesaran keulamaannya justru melampoi ayahnya karena dia teruji tahan banting tetap semangat menuntut ilmu walaupun otaknya bebal.
Teman saya yang lain bolak-balik alami bangkrut dalam bisnis, terjebak hutang juga tidak sekali dua kali, namun setiap kali dia bangkrut terpuruk dengan lantang dia ngomong, “Bapakku pengusaha besar, masa aku melarat.” Hasilnya dia muncul sebagai pebisnis besar juga.
Ada teman saya lagi menempati rumah kosong yang lama tak dihuni. Setelah dia beli lalu dia merenovasinya. Saat merenovasi saja, teror makhluk halus penghuni rumah kosongnya terus saja datang.
Namun dia merasa keturunan orang sakti, dia kerap berstatement, “Saya cucunya Ki Wardoyo, orang tersakti di sini, masa saya kalah.” Hasilnya makhluk halusnya yang kabur.
Termasuk Zionis Israel mengapa mereka bisa mendirikan negara Israel di tengah kepungan negar-negara Arab? Karena mereka merasa, “Kami adalah keturunan orang-orang terpilih. Kami bangsa terpilih.”
Hasilnya mereka melenggang mendirikan negara zionis di wilayah yang sudah mereka tinggalkan hampir 2000 tahun dan sudah ditempati 2000 tahun pula oleh bangsa Arab Palestina.
Ekonomi dunia dikuasai, politik dunia dikuasai, tehnologi mereka rajai, bahkan mereka bisa seenaknya jalankan politik apartheid, pemicunya ya karena mereka punya akses rasa privilege.
Jadi energi privelege itu hal yang tidak perlu Anda nafikan, itu nyata utuh adanya. Yang jadi masalah itu ketika energi privilege jadikan Anda sombong dan adigang adigung adiguna seperti Zionis Israel.
Atau malah jadikan Anda tidak punya kualitas hidup, misal dimana-mana mengaku keturunan Pangeran Diponegoro tapi beras saja ngutang mengemplang, itu namanya malu-maluin kakekmu.
MUHAMMAD NURUL BANAN
Gus Banan