KALAU INGIN MUDAH MEMAAFKAN TANPA MEMICU STROKE

Kalau Anda pingin mudah memaafkan dan mengikhlaskan orang yang menyakiti Anda, Anda kudu menang dulu dalam realita kehidupan. Tidak kalah akan jauh lebih mudah memaafkan dan mengikhlaskan.

 

Maksudnya, bagaimana? Begini uraian panjangnya.

 

Nabi Yusuf masih bocah, tidak tahu apa-apa, tau-tau memdapatlan kesinisan luar biasa yang sangat menyakitkan hati dari saudara-saudara tirinya.

 

Bahkan dari kesinisan tersebut menjadi awal petaka hidupnya.

 

Beliau dibuang oleh saudara-saudara tirinya dengan tipu muslihat penganiayaan yang licik, terpisah dari orang tua dan keluarganya, terbuang jauh ke negeri orang, betstatus sebagai orang hilang.

 

Lika-liku nasib tragisnya tidak berhenti disitu, di negeri buangan beliau harus hadapi serangkaian tekanan hidup yang berat.

 

Status budak belian, dicintai majikan wanitanya, lalu difitnah keji berbuat mesum, hingga berakhir beliau menjadi narapidana atas kejahatan yang tidak pernah beliau lakukan.

 

Proses-proses ujian berat tersebut membawa Yusuf menjadi orang mulia, menjadikannya pejabat tinggi negara Mesir Kuno dengan kekayaan melimpah. Di saat itu, justru saudara-saudara Yusuf yang iri hati sedang dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan.

 

Yusuf telah menang telak.

 

Di saat para saudara tiri yang iri padanya tidak ada daya lagi selain dipaksa keadaan harus mengakui keunggulan Yusuf, dengan enteng Yusuf berkata,

 

لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ

 

“Tak ada celaan bagi kalian di hari ini, semoga Allah mengampuni kalian.” (Q.S. Yusuf: 92)

 

“Tak ada celaan atas kalian” artinya kejahatan para saudara tirinya dimaafkan dengan enteng hati oleh Yusuf. Orang yang sangat menyakitinya hingga mencelakainya, eeh dengan ringan hati dianggap tidak masalah.

 

Gambaran mudahnya begini, ada seorang teman saya cerita, “Dulu aku dikhianati pacarku. Aku diputus sepihak, lalu dia memilih cowok lain yang lebih mapan. Tak lama kemudian dia pun menikah dengannya. Aku sakit hati sekali. Namun kini diriku sudah menjadi anggota legislatif, mobilku honda CRV, sementara suaminya hanya guru honorer yang beli motor saja masih kredit. Kini rasanya semua sakit hatiku terobati. Aku puas.”

 

Nah kan hati itu akan enteng sekali memaafkan dan mengikhlaskan ketika Anda telah menang.

 

Kalau memaafkan kok dalam kondisi Anda lemah tak berdaya, kondisi dimana Anda untuk sekedar bisa membela harga diri sendiri saja tak bisa, itu mah bukan memaafkan, tapi orang yang cari stroke permanen.

 

Cuma untuk menang itu bukan untuk Anda yang ototnya kuat, cakarannya kuat, yang galak, yang pintar melabrak, yang pintar cari menang sendiri, itu bukan. Bukan yang arogan, bukan yang angkuh, bukan yang kuasa lakukan segala hal, bukan mereka.

 

Pemenang justru diraih oleh yang sabar. Hanya orang sabar yang nantinya akan peroleh berita gembira kemenangan.

 

 وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

 

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah : 155)

 

Sabar dalam segala hal. Sabar dalam konsistensi merubah hidup, sabar dalam konsistensi meraih impian, sabar dalam menanggung sakitnya derita, sabar dalam menjalani ketaatan, dan seterusnya.

 

Teman saya di atas kenapa dia bisa menjadi anggota legislatif yang kaya itu saat dia patah hati dari cewek yang dicintainya, dia istiqamah tidak batal wudhu yakni kalau batal wudhu langsung wudhu lagi selama bertahun-tahun lamanya.

 

Belum lagi istiqamah baca istighfar setiap jelang tidur sebanyak ribuan kali. Dan walaupun dia tidak punya modal, dia tetap ulet bisnis kecil-kecilan, hingga akhirnya bisnisnya membesar, diapun jadi orang kaya.

 

Itulah jalan menang.

 

Sekali lagi kalau mau mudah memaafkan, berjuang dulu dengan kesabaran sampai menang. Kalau berjuang belum langsung tergeletak di saat lemah, itu mah orang cari stroke.

 

Sama saja Nabi Muhammad, memaafkan kezaliman kaum kafir Quraisy ya sesudah kaum kafir Quraisy lemah baik secara militer maupun politik.

 

Puncaknya pada saat Fat-hul Makkah (penaklukan Mekah), beliau bersikap persis seperti sikap Yusuf yang memaafkan saudara-saudara tirinya.

 

Dulu ketika kafir Quraisy masih ganas dan arogan, Muhammad SAW dengan sabar terus berjuang. Sesudah menang, baru dengan enteng beliau memaafkan.

 

Proses memaafkan begitu, memaafkan yang tidak memicu stroke.

 

Muhammad Nurul Banan

Gus Banan

Spiritual Prosperity

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top