Pilpres itu kompetisi politik kekuasaan. Kompetisi digerakan oleh energi gesekan alam semesta.
Hukum gesekan Coulomb menjelaskan prinsip dasar energi gesek bahwa gaya gesekan antara dua benda yang bersentuhan sebanding dengan gaya normal antara kedua benda tersebut.
Artinya, semakin besar tekanan antara kedua benda, semakin besar gaya gesekan yang dihasilkan.
Sebab ini, manusia yang memiliki energi besar, ia pun akan punya gaya gesekan besar dalam kehidupannya. Efeknya hidupnya banyak terimbas energi sentimen.
Tak tau apa sebabnya, tiba-tiba jadi target cacian, dengki, serangan dan propaganda. Tak tahu riwayat kronologinya, tahu-tahu dirinya dikucilkan, digunjing, dicurigai, dan disentimeni. Dan seterusnya.
Yusuf AS punya energi besar sebagai anak shaleh yang sukses, tidak tahu apa-apa sejak kecil sudah disentimeni oleh 10 saudara-saudara tirinya.
Yusuf satu getaran energi besar dengan ayahnya, Ya'qub AS, hal ini yang sebabkan energi gesekan besar kepada kesepuluh saudara tirinya. Dari gesekan energi tersebut, Yusuf berproses menjadi orang besar.
Daud AS punya energi besar sebagai raja, beliau sesudah berhasil membunuh Goliat (Jalut), beliau diambil menantu oleh Raja Saul (Thalut).
Namun sesudah Daud jadi menantunya, Raja Saul justru merasakan energi gesekan besar dari menantunya, karena makin hari dukungan politik untuk Daud dari rakyat Kerajaan Israel pada waktu itu makin besar.
Efeknya Daud harus menghadapi sentimentil mertuanya sendiri. Dan sentimentil mertua itulah yang kemudian menjadi proses Daud menjadi orang besar.
Yusuf dan Daud itu contoh muatan energi besar kebaikan. Saya tidak mengatakan hanya energi besar kebaikan saja yang berefek punya energi gesekan besar, namun energi besar kejahatan juga demikian, punya energi gesekan besar yang berpengaruh pula memunculkan energi sentimen besar.
Dajjal itu energi jahat besar, mulai sejak zaman para nabi terdahulu, para nabi sebagai pemilik energi kebaikan besar, mereka sudah punya rasa sentimen kepada Dajjal, buktinya tidak ada para nabi yang diutus Tuhan yang tidak memperingatkan akan munculnya Dajjal.
مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ وَقَدْ أَنْذَرَ أُمَّةُ الْأَعْوَرَ الْكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَمَكْتُوْبَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ: “ك ف ر”.
“Tidak ada seorang nabi pun, kecuali dia telah mengingatkan umatnya dari si buta sebelah yang pendusta (Dajjal). Ketahuilah sesungguhnya Dia buta sebelah dan sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah, di antara kedua matanya tertulis; ‘Ka-Fa-Ra’.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Dajjal muncul juga belum, dan hingga sekarang tidak diketahui dimana dia berada, tak pasti pula kapan munculnya, eeh dari dulu hingga kini sudah disentimeni besar.
Zionis Israel hanya berapa juta orang, melawan organisasi Hamas yang hanya berapa ribu orang, namun menggegerkan seisi dunia, itu artinya konflik Israel vs Palestina itu energinya besar.
Kalau Anda belajar ilmu aura tubuh, orang yang punya aura bagus itu cirinya dia dibenci tanpa sebab, suka dikepoin orang, apa yang dipakai terlihat bagus,
style sederhana tapi banyak diikuti, orang-orang suka tidak percaya kalau Anda sedang tidak punya uang, dijauhi tanpa sebab, sering digosipin, Anda suka berbagi, kreatif dan selalu punya ide menarik, dan punya rasa percaya diri.
Coba amati, aura seperti di atas bagi hatters kan sangat memicu energi sentimen? Dan sebaliknya bagi fans akan menghipnosis?
Ya begitu, tanda Anda punya energi besar, Anda akan menarik sentimen besar dalam kehidupan.
Anda merasa sekarang ini hidup Anda tenang? Sedikit sentimen, sedikit cercaan, sedikit gosip, sedikit masalah, sedikit tekanan? Jangan bangga. Itu justru tanda Anda tidak punya energi besar.
Masih mau cari damai sejahtera? Bahagia dan tenang? Wkkkkk.
Anda amati saja, dulu di Pilkada DKI, Anies Baswedan diserang energi sentimen besar, dia diisukan bermain politik identitas, eeh justru Anies Baswedan yang terpilih jadi Gubernur DKI Jakarta.
Dulu Jokowi diserang energi sentimen besar, diisukan PKI dan isu macam-macam, dia yang terpilih 2 periode.
Dulu Donald Trump pada Pilpres AS tahun 2016 diserang energi sentimen besar, kampanyenya dinilai kasar dan menjatuhkan dan memicu kebencian ras dan agama, tapi nyatanya waktu itu dialah yang terpilih melenggang ke Gedung Putih.
Kenapa yang terpilih justru mereka yang paling banyak dapatkan sentimen publik? Ya karena sentimen besar dari publik itu tanda dia punya energi besar yang efeknya memicu gesekan besar, banyak pihak yang tergesek energi powernya.
Nah Pilpres 2024 ini ciri pasangan capres dan cawapres yang terpilih juga begitu. Cirinya dia yang paling banyak disentimeni oleh publik.
Pasangan capres dan cawapres yang adem ayem, damai sejahtera, lancar tanpa sentimen, jangan berharap terpilih.
Eeh Anda masih mau hidup damai, tenang, tenteram, silir spoi, enggak? Wuakakkkk.
MUHAMMAD NURUL BANAN
Gus Banan