UV SPIRITUAL; KALAU ANDA KURANG PANAS

Saya pernah dalam beberapa waktu memosisikan diri sebagai orang “ngalahan” dan “neriman” pada seseorang. Ya karena terbaut etika sosial, posisinya saya harus mengalah dan “neriman”.

 

Dalam jangka waktu tahunan, saya direndahkan, menerima saja. Dikucilkan, menerima. Disuruh-suruh, menurut saja. Dimanfaatkan, legawa saja. Ya kelakuan orang “neriman”.

 

Karena terlatih “neriman” dengan orang tersebut, emosi saya jinak juga, kemampuan hati saya menerima tekanan jadi meluas. Aturan normal sudah tersinggung dan sakit hati, eeh hati saya masih legawa menerima perlakuan buruk tersebut.

 

Testing sidik jari saya itu kecerdasan optimal saya pada feeling. Perasaan saya tajam, bahkan mengunduh ilmu pun saya pakai perasaan. Makanya Anda akan susah temukan rujukan tulisan-tulisan saya, karena ilmu saya mengalir dari perasaan, bukan otak dari hasil bacaan dan proses belajar-mengajar.

 

Efek buruknya, karena cerdas feeling, kalau saya jatuh cinta jadi susah move on, ya sekali jatuh cinta jadi mirip perasaan Majnun pada Laela. Dan sekali dendam juga mengendap sangat lama. Kadang saya kaget dan mengelus dada sendiri, orang yang melukai saya 30 tahun silam, ketika saya bertemu dengannya rasa dendamnya masih muncul di hati. Ya begitu negatifnya orang dengan kecerdasan feeling.

 

Saya yang cerdas feeling dengan dendam kesumat besar, lalu membiasakan diri “neriman” pada kelakukan buruk seseorang, itu saja hati saya bisa jinak, apalagi Anda yang kecerdasannya thinking, instuiting, sensing, ataupun cerdas insting, tentu lebih mudah menjinakan.

 

Nah pada tekanam frekuensi tertentu segala hal mesti ada batasnya, termasuk kemampuan diri saya untuk “neriman” pada orang tersebut. Ya maklum saya menjalani itu semua sudah tahunan.

 

Satu ketika perlakuan buruknya menjadi, dan batas “neriman” sudah mentok, ketersinggungan saya ke titik klimaks.

 

Di situ saya yang awalnya takut kualat karena melawannya secara etika sosial berarti saya kurang ajar dan cari kualat. Ujung-ujungnya saya melawan juga, berontak.

 

Saya melawan dengan secara konsisten dalam 3 bulan tidak pernah menyapanya dan selalu pasang vibrasi hati beringas padanya. Kalau saya sefang jengkel, tanpa sungkan saya mengolok-olok di belakang dengan sadis. Waktu itu “inyong kaya asu pokoken”.

 

Hasilnya saya keheranan sendiri karena malahan rezeki saya jadi membludak-bludak, penghasilan finansial saya naik drastis.

Aneh, kan? Di hati saya khawatir kualat, malah sebaliknya rezeki naik drastis? Satu pengalaman hidup yang sepertinya tidak diajarkan dalam kitab spiritual yang lembut-lembut penuh damai.

 

UV atau ultraviolet sinar matahari barangkali itu sumber radiasi panas, efek buruknya ada, tapi manfaatnya juga terlampau besar untuk kehidupan.

 

Vitamin D dari ultraviolet sinar matahari diperlukan untuk meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor di usus, sehingga dapat memperkuat tulang, gigi, serta otot. Tidak hanya itu, vitamin D juga dapat membantu mencegah berbagai penyakit, seperti rakitis, osteoporosis, hipertensi, diabetes tipe 1 dan 2, serta multiple sclerosis.

 

Vitamin D juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Saat terpapar sinar UV, tubuh akan menghasilkan lebih banyak sel darah putih yang berfungsi sebagai perlindungan tubuh. Sel darah putih memegang peranan penting dalam melawan berbagai penyebab infeksi. Dan sinar UV juga memperbaiki kualitas tidur.

 

Itu baru pada tubuh manusia. Belum lagi pada hewan. Klorofil pada tumbuhan juga terproduksi dari pemanfaatan sinar UV.

 

Sudah lebih dari 10 bonsai Ficus dari berbagai varian, mati mengering lantaran ditaruh di tempat teduh tanpa paparan sinar matahari full dan tidak terkontrol baik. Artinya terlalu teduh, sejuk, damai, spoi, semilir, dingin, itu pun mematikan sistem hidup.

 

Di situ saya jadi sadar, “Ooh selama ini saya neriman dan ngalahan itu hidup saya seperti bonsai Ficus yang terlalu sejuk, teduh dan dingin. Saya kurang panas sinar UV,” begitu pemahaman saya.

 

“Pantas, saya berani mengamuk, arogan dan bengis pada si oknum, malahan rezeki saya naik drastis, penghasilan saya meningkat, karena ternyata hidup saya selama ini kurang panas UV, hidup saya kurang bisa berfotosintesis dengan sehat.”

 

Anda terlalu lembut, santun, legawa hati, ngalahan, nerimanan, bisa jadi itu adalah penghambat kelancaran rezeki Anda.

 

Hahaha ilmu apa ini? Waras enggak sih saya? Wkkk.

 

Ya Anda amati saja lah, model orang “nerimanan” dan “ngalahan” itu kebanyakan karakternya orang lemah, bukan katakternya orang bijak.

 

Orang lemah tentu energi hidupnya untuk menarik rezeki juga lemah. Rezeki lemah ya itu artinya miskin harta, tapi bukan miskin hati ya?

 

Beda dengan karakternya orang kuat, maunya berkuasa, menang, menjaga prestise diri kuat-kuat, mengontrol dan mengendalikan, dan seterusnya, di mana karakter-karakter itu adalah karakter-karakter sinar panas UV.

 

Intinya “ngalahan” dan “nerimanan” karena bijak itu yang dimaksud dalam ajaran spiritual, bukan “ngalahan” dan “nerimanan” karena lemah.

 

Petuah Jawa bilang, “Ngalah. Ngalih. Ngamuk”. “Ngalah” dan “ngalih” itu sejuk, tapi sampai pada “ngamuk” itu panas sinar UV.

 

Nah tinggal Anda cek ke dalam diri. Kalau Anda santun, lemah-lembut, pemaaf, legawaan hatinya, tapi ternyata rezeki Anda seret terus, itu artinya Anda kekurangan paparan panas sinar UV. Ya Anda perlu latihan galak.

 

Sebaliknya kalau Anda sudah galak, beringas, ngamukan, eeh ternyata rezeki Anda seret, itu artinya Anda mulai mengindap kanker kulit akibat radiasi sinar UV, saat itu waktunya Anda menyejukan dan mendamaikan diri.

 

Orang bijak yang membawa rezeki baik untuk hidupnya itu bukan orang “ngalahan” dan “nerimaan” karena lemah, namun yang,

 

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ

 

“Muhammad utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya adalah mereka yang keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Q.S. Al-Fath : 29)

 

Nah kan orang-orang yang bersama Muhammad S.A.W itu orang-orang yang pandai “ngamukan” tapi tahu situasi dan kondisi? Mereka sejuk pada tempat dan kondisinya, mereka panas juga tahu tempat dan kondisinya.

 

Muhammad Nurul Banan

Gus Banan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top