RIDHA MENERIMA BUDI

Cynthia: “Gus, saya punya pertanyaan yang sudah lama cukup mengganjal. Begini, Gus, saya memahami hukum keseimbangan alam. Apa pun yang terjadi, alam dengan caranya sendiri akan mengatur segala sesuatunya agar seimbang. Oleh sebab itu, saya jarang mau yang gratisan. Karena saya tahu, pada akhirnya saya tetap harus “membayar” apa pun yang gratisan itu. Misal masuk mushala di mall, selalu saya usahakan masukan uang ke kotak amal. Atau datang ke rumah teman, saya usahakan bawa sesuatu karena saya tahu pasti ia bakal ngasih snack banyak-banyak. Nah, bagaimana dengan Gus Banan? Saya banyak baca statusnya, dan saya “dapat” pelajaran. Mas Arif Rh, saya baca statusnya dan saya dapat insight. Dan banyak kawan-kawan fb lainnya, hampir tiap hari saya dapat gratisan ilmu dan insight. Pertanyaan saya, bagaimana saya harus “membayar”? Hidup ini kan take and give, bukan hanya taking terus.”

 

Saya: “Hidup ini gratisan memang tidak, tapi cuma-cuma, Bu. Satu sisi Anda tidak pernah bayar Oksigen, sisi lain Anda harus rawat alam agar Oksigen lestari, ditambah semua ada pertanggungjawabannya, itu artinya hidup ini cuma-cuma dari Tuhan walau tidak gratisan. Sehingga sekalipun tidak gratisan bukan berarti semua harus dibayar, karena hidup ini rahmat Allah semata. Karena rahmat, ya harus kita ambil sebagai rahmat, jangan dibayar, nanti Tuhan marah lo… hahaha.”

 

Cynthia: “Tapi ada rasa hutang budi, Gus.”

 

Saya: “Di dalam menerima budi pun kita harus ridha. Lepaskan saja kalau kita ada kesadaran seperti itu, relakan diri kita menerima rahmat. Kita masuk surga juga bukan karena amal baik kita, tapi karena rahmat Tuhan.”

 

Cynthia: “Jadi bukan hanya ridha memberi ya, harus ridha menerima juga? Ini konsep baru buat saya.”

 

Saya: Iya, Bu. Ridha menerima rahmat, ridha menerima gratis, ridha menerima budi, ridha di segala ranah.”

 

Di sini saya tambahkan sedikit, yang meruwetkan hidup itu mental gratisan, mental tidak sadar pentingnya pertukaran energi, mental tidak berpikir balas budi. Dapat gratisan itu rahmat, harus diterima dengan legawa dan ceria, tunjukan terima kasihnya, yang tercela itu bermental tangan di bawah.

 

Muhammad Nurul Banan

Gus Banan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top