Selamat Hari Santri Nasional
Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Korea Utara, Vietnam, Kamboja, Kuba, mungkin segelintir negara komunis yang kerap meniadakan kesakralan agama, di mana agama mungkin saat ini adalah produk budaya manusia yang kerap menggunakan simbol-simbol “atas nama Tuhan”.
Apa negara-negara itu bisa lepas dari nilai-nilai ilahiyah? Kalau lepas, mengapa mencuri, korupsi, merampok, membunuh, di sana tetap menjadi perbuatan dosa yang harus dihukum?
Itu artinya dalam diri manusia ada sifat kosmik yang permanen tertanam dalam diri manusia. Kepermanenan sifat kosmik ini disebut “sifat ilahiyah”.
Lah iya, mau ateis, mau agnostik, mau komunis, mau religius, mau teis, mau paganis, semuanya sama. Ketika mereka mau mencuri, misalkan, jantung mereka tetap berdenyut lebih kencang, tangan dan kaki mereka tetap gemetaran, dan bagi mereka hasilnya sama kok, mencuri itu kategori perbuatan dosa. Itu karena mereka dititipi sifat-sifat ilahiyah yang sudah menjadi fitrah penciptaan.
Anda sebagai manusia secara universal dititipi sifat ilahiyah, tidak ada satu budaya pun bisa mengingkari sifat permanen ini, faktanya semua budaya entah kenal agama entah tidak, mereka semua kenal dosa. Karena Anda memiliki sifat universal ilahiyah, maka ini diri Anda bisa keluarkan energi-energi spiritual yang tidak logis.
Anda kenal petilasan kan? Tempat tertentu yang konon digunakan orang-orang suci tertentu sebagai tempat diri mereka melakukan proses spiritual? Di nusantada ada petilasan Prabu Siliwangi, Prabu Jayabhaya, Ronggo Warsito, Ir. Soekarno, Pangeran Diponegoro, Sunan Kalijaga, dan lain-lain.
Dalam literatur agama ada Ka’bah petilasan Nabi Ibrahim dan Ismail, ada Tembok Ratapan sisa bangunan Bait Suci petilasan Nabi Solomon, ada Gereja Makam Kudus petilasan Yesus Kristus, ada pentirtaan suci petilasan para resi Hindu dan para bhiksu Budha, dan seterusnya.
Itulah realitas kosmik penciptaan alam ini, di balik alam ini ada sifat ilahiyah yang universal dititipkan kepada diri Anda, sehingga ketika Anda menekuni program spiritual tertentu, diri Anda bisa keluarkan energi spiritual yang ajaib.
Energi spiritual tersebut selanjutnya bisa pengaruhi berbagai benda, lalu disebut benda keramat.
Benda-benda alam semesta yang tidak berakal saja dapat dipengaruhi oleh energi spiritual manusia, selanjutnya bisa keluarkan tuah dan berkah, apalagi diri Anda yang berakal? Diri Anda pun bisa dipengaruhi energi spiritual dari orang-orang saleh dan suci.
Di pondok pesantren, sandal kyai selalu jadi rebutan santri untuk ditatakan. Sisa air minum kyai selalu jadi rebutan santri untuk diminum. Baju bekas, sarung bekas, dan semua benda-benda milik kyai kerap disimpan oleh santri. Kata para santri “ngalap berkah”.
Ya hal itu wajar, karena seorang guru tentu orang yang sudah menjalani proses-proses spiritual diri, tubuh mereka adalah tubuh yang vibrasikan tuah dan keramat. Benda apapun yang terhubung dengan tubuh kyai tercurah energi spiritualnya.
Fenomena ini juga benar-benar terjadi pada diri Nabi Muhammad S.A.W. Rambut Rasulullah S.A W, keringat, ludah, dan sisa air wudhu beliau, atau apa yang beliau pakai berupa pakaian, cincin, dan semisalnya kerap jadi di-alap berkahnya oleh para sahabat.
Perhatikan kisah-kisah berikut ini;
Dalam hadits Al-Bukhari dikisahkan;
دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ فَقَالَ عِِنْدَنَا فَعَرَقَ وَجَاءَتْ أُمِّي بِقَارُورَةٍ فَجَعَلَتْ تُسَلِّتُ الْعَرَقَ فِيهَا فَاسْتَيْقَظَ فَقَالَ: يَا أُمَّ سُلَيْمٍ، مَا هَذَا الَّذِي تَصْنَعِينَ؟ قَالَتْ: هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلَهُ فِي طِيْبِنَا وَهُوَ مِنَ أَطْيَبِ الطِّيبِ
“Anas berkata, ‘Suatu saat, Nabi S.A.W masuk ke tempat kami, lalu beliau tidur siang. Beliau berkeringat ketika itu. Kemudian ibuku mengambil botol dan mengumpulkan keringat itu di dalamnya. Nabi S.A.W terbangun dan bertanya, ‘Wahai Ummu Sulaim, apa yang sedang engkau lakukan ini?’ Dijawab, ‘Ini adalah keringatmu yang akan kami campur dalam parfum kami, dan itu adalah parfum terbaik’.”
Dalam sebagian riwayat, Rasulullah bertanya, “Apa yang sedang engkau perbuat?” Ummu Sulaim menjawab,
نَرْجُو بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا. فَقَالَ: أَصَبْتِ
“Kami mengharap mendapatkan barakah keringat ini untuk anak-anak kami.” Rasul pun berkata, “Engkau benar.” (H.R. Bukhari)
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik R.A.,
فَوَاللهِ مَا تَنَخَّمَ رَسُولُ اللهِ نُخَامَةً إِلَّا وَقَعَت فِي كَفِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ فَدَلَكَ بِهَا وَجْهَهُ وَجِلْدَهُ وَإِذَا أَمَرَهُمْ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ، وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُو يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ
“… Demi Allah, tidaklah Rasulullah S.A.W meludah, melainkan ludah itu pasti jatuh pada telapak tangan salah seorang sahabat (yang berhasil mendapatkannya) lalu ia usapkan ludah tersebut pada wajah dan kulitnya. Jika Rasulullah memerintahkan sesuatu, para sahabat berkumpul untuk menjalankan perintahnya. Apabila beliau berwudhu para sahabat hampir-hampir berperang (yakni berdesakan dan berebut) mendapatkan sisa air wudhu beliau.” (H.R. Ahmad)
Muhammad ibn Munkadir mengatakan bahwa dia mendengar Jabir R.A. berkata,
جَاءَ رَسُولُ اللهِ يَعُودُنِي وَأَنَا مَرِيضٌ لاَ أَعْقِلُ فَتَوَضَّأَ وَصَبَّ عَلَيَّ مِنْ وَضُوئِهِ فَعَقِلْتُ، فَقُلْتُ: ياَ رَسُولَ اللهِ، لِمَنِ الْمِيرَاثُ، إِنَّمَا يَرِثُنِي كَلَالَةٌ؟ فَنَزَلَتْ آيَةُ الْفَرَائِضِ
“Rasulullah S.A.W menjengukku saat aku sakit dan hilang kesadaranku. Beliau berwudhu lalu beliau kucurkan padaku dari sisa air wudhu beliau. Aku pun tersadar. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, untuk siapakah harta warisan itu (seandainya aku mati) dan aku tidak memiliki orang tua dan anak-anak?” Lalu turunlah ayat tentang waris.” (H.R. Bukhari)
Nabi S.A.W menggunakan air liur beliau untuk mengobati penyakit. Beliau mencampur air liur beliau dengan sedikit tanah dan diiringi doa,
بِسْم اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ ربنا
“Dengan nama Allah S.A.W tanah dari bumi kita, dengan air liur sebagian kita, (dengan sebab itu) akan disembuhkan penyakit kita dengan izin Tuhan kita.” (H.R. Bukhari & Muslim)
Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari ‘Utsman bin Abdillah bin Mauhab berkata,
أَرْسَلَنِي أَهْلِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِ بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ وَقَبَضَ إِسْرَائِيلُ ثَلَاثَ أَصَابِع وَكَانَ مِنْ قُصَّةٍ فِيهِ شَعْرٌ مِنْ شَعْرِ النَّبِيِ إِذَا أَصَابَ الْإِنْسَانَ عَيْنٌ أَوْ شَيْءٌ بَعَث إِلَيْهَا مِخْضَبَهُ فَاطَّلَعْتُ فِي الْجُلْجُلِ فَرَأَيْت شَعَرَاتٍ حُمْرًا
“Keluargaku mengutusku membawa sewadah air untuk Ummu Salamah, istri Nabi S.A.W.—Israil (perawi hadits) menggenggam tiga jarinya (mengisyaratkan) ukuran wadah yang berisi beberapa helai rambut dari rambut-rambut Nabi S.A.W.—Utsman melanjutkan, “Jika seseorang sakit karena ‘ain atau penyakit lainnya, dia akan mengirimkan suatu wadah berisi air ke Ummu Salamah. Aku melihat ke wadah dan aku melihat beberapa helai rambut kemerahan.” (H.R. Bukhari)
Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fathul Bari (10/353) mengatakan, “Mereka biasa menyebut botol perak tempat menyimpan rambut Nabi S.A.W itu sebagai Juljul. Botol itu disimpan di rumah Ummu Salamah R.A.
Selamat Hari Santri Nasional. Semoga berkah yang diperoleh para santri dari para guru, ke masa depan akan terus berperan mengubah diri mereka dalam kehidupan yang memberdayakan.
Keterangan foto; Kenangan tahun 2005 saat menjadi santri Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang. Wajah masih muda tapi saat itu sebenarnya bokong penuh gudig santri.
Muhammad Nurul Banan
Gus Banan