Kasih, legawa, santun, mengalah, lemah lembut, pemaaf dan karakter kelembutan lainnya adalah “energi air” alam semesta. Seluruh makhluk hidup disuburkan oleh energi ini. Tandus dan gersang, begitulah jika elemen alam kekurangan energi air.
Sebab ini Anda yang dominan dengan energi air Anda pun punya energi besar untuk menyuburkan orang lain. Setiap orang yang berinteraksi dengan Anda, ia pun makin subur. Iya, baru dimarahi orang lain seenaknya sendiri, eeh Anda dengan mudah mengalah diam, kan dia makin subur? Anda baru dizalimi orang, eeh Anda dengan mudah memaafkan, kan si penzalim makin subur?
Hampir semua makhluk hidup di darat disuburkan oleh air, ia piawai menyuburkan orang lain.
Namun ada satu catatan yang harus Anda sadari! Bonsai Ficus Dollar Mikro milik saya, yang fotonya saya upload, itu ada bagian batang yang mati, itu disebabkan intensitas siramannya terlalu sering. Terlalu banyak energi air, akibatnya akarnya busuk, lalu mati.
Anda sendiri sebagai manusia, Anda bukan air, selamanya Anda tidak bisa menjadi air, namun Anda hanya “makhluk darat” yang butuh asupan energi air. Karena itu kalau welas asih Anda, kesantunan Anda, kelegawaan Anda berkurang drastis, Anda pun mati kekeringan. Anda tandus dan kering. Sebab ini welas asih, memaafkan, berdamai, mengalah, dan unsur energi air lainnya sangat Anda butuhkan. Anda bukan air, hanya makhluk darat yang butuh asupan energi air.
Namun sebaliknya, kebanyakan mengasup energi air, bukankah bonsai Ficus Dollar Mikro saya mati? Akarnya busuk, lalu kering perlahan?
Jadi umpama Anda dihina dan direndahkan orang, lalu Anda dengan legawa menerimanya dengan luas hati, di situ Anda sedang mengasup energi air.
Jika Anda selama ini Anda angkuh dan cari menang sendiri, di situ hidup Anda akan makin subur dan bertumbuh.
Namun sebaliknya, kalau Anda kemarin mengalah dan legawa, lalu mengalah lagi, mengalah lagi, mengalah lagi dan mengalah lagi, ya Anda kebanyakan mengasup energi airnya. Di situ akar kesuburan Anda akan perlahan membusuk, dan Anda akan bertumbuh untuk mati.
Di situasi mengalah, mengalah dan mengalah, memaafkan, memaafkan dan memaafkan, legawa, legawa dan legawa, itu energi kesuburan hidup Anda menurun drastis karena kebanyakan energi air. Di situ diri Anda digunakan untuk menarik rezeki sangat sulit, digunakan untuk menarik kekayaan dan keberuntungan sangat sukar.
Anda amati saja, orang miskin yang sangat kesulitan finansial itu mereka yang self-worth dan prestige-nya rendah. Dizalimi mudah mengalah dan mengalah, disepelekan mudah menerima dan menerima, disakiti mudah berdamai dan berdamai. Jadi asupan energi air yang terlalu besar itu jadikan rezeki ringsek dan belangsak.
Hahaha iya mengalah sekali dua kali, ketiga kalinya ya Anda harus berani melabrak dan melawan, hajar saja, itu mekanisme kesuburan hidup, karena kalau intensitas siraman air terlalu kerap, ya akar hidup Anda busuk, kesuburan rezeki Anda padam.
Kalau belum berani melabrak dan melawan bagaimana? Lah Anda kan bisa berdoa, kutuk saja, daripada kurang ajar terus-terusan.
Nabi Muhammad S.A.W kurang apa kasihnya, kurang apa pemaafnya, kurang apa legawa hatinya? Namun beliau sadar intensitas kebutuhan energi air beliau, tidak selamanya beliau hanya mengalah lemah.
Rabu, 15 Muharam 1437H; Abdullah bin Mas’ud R.A. menceritakan, “Suatu ketika Nabi S.A W shalat dekat Ka’bah. Sedangkan Abu Jahal dan beberapa orang kawannya duduk bersama-sama. Salah seorang di antara mereka berkata kepada yang lain,
“Siapa yang berani, mengambil uri (isi perut) unta Bani Fulan dan meletakkannya di punggung si Muhammad ketika dia sujud?”
Seorang yang paling jahat di antara mereka (Uqbah bin Abu Muaith) bangkit, lalu pergi mengambil uri unta itu. Kemudian dia menunggu sebentar. Waktu Nabi S.A W sujud, diletakkannya uri unta itu ke punggung Nabi, antara kedua bahu beliau.
Saya melihat kejadian itu, tetapi saya tidak berdaya apa-apa, andaikata saya mendapat kekuatan tentu saya cegah. Mereka tertawa terbahak-bahak saling mengolok satu sama lain untuk mempermainkan Nabi.
Rasulullah S.A.W sujud terus, tidak mengangkat kepalanya hingga datang Fatimah (puteri beliau) membuangkan kotoran itu dari punggung beliau. Nabi mengangkat kepalanya dan mendoa tiga kali,
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ
‘Ya, Allah , Hukumlah orang Quraisy! Ya Allah, Hukumlah orang Quraisy! Ya Allah, Hukumlah orang Quraisy!”
Abu Jahl dan kawan-kawannya ketakutan mendengar Nabi mendoakan mereka, kerana mereka tahu bahawa doa di tempat itu diperkenankan Allah.
Kemudian Nabi menyebut nama mereka satu persatu,
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِعَمْرِو بْنِ هِشَامٍ وَعُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ وَشَيْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ وَالْوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ وَأُمَيَّةَ بْنِ خَلَفٍ وَعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ وَعُمَارَةَ بْنِ
“Ya, Allah! Binasakanlah Abu Jahl, Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Walid bin Uqbah, Umaiyah bin Khalf, Uqbah bin Abu Muaith.”
Nabi menyebut nama orang yang ketujuh tetapi saya (Abdullah bin Mas’ud) telah lupa nama orang itu.
Kata Abdullah bin Mas’ud selanjutnya, “Demi Allah, yang diriku dalam genggaman-Nya, aku melihat sendiri orang-orang yang disebutkan Rasulullah S.A.W dalam doanya itu, mati terkubur dalam lobang bekas sumur (waktu perang) Badar.”
Hadits di atas shahih, diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
Satu ketika Nabi S.A.W mengirim surat dakwah kepada Kaisar Persia (Iran Kuno); Koresh Agung. Koresh Agung menolak keras suratnya dan merobek-robeknya.
Setelah pengantar surat kembali dan melaporkan hasilnya kepada Nabi S.A.W, beliau berdoa;
فَدَعَا عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنْ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ.
“Nabi S.A.W mendoakan mereka (Koresh Agung dan kekaisarannya) agar mereka dirobek-robek sehancur-hancurnya.” (H.R. Bukhari)
Tak lama kemudian terjadi pergantian kekuasaan di Persia karena kudeta Putra Mahkota Shiruyah kepada ayahnya yang didukung panglima Peroz. Khosrau II (Koresh Agung) pamornya makin turun setelah beberapa wilayah dicaplok Romawi. Raja ini juga mengidap halusinasi sehingga dianggap gila.
Koresh Agung ditangkap dan dipenjara. Putra Mahkota naik tahta. Kemudian raja diasingkan ke sebuah daerah dalam pengawasan pejabat bernama Marasfand. Saat dalam pengasingan itulah dirancang pembunuhan kepada Koresh Agung.
Ya begitu, mengalah itu akhlak mulia, memilih adem berdamai itu akhlak tinggi, itu semua energi air, sangat cocok untuk Anda yang congkak dan angkuh, tapi untuk Anda yang kerap mengalah? Itu jadikan asupan energi air Anda kebanyakan.
Terus-terusan ditindas, dizalimi, direndahkan, ditipu-daya, disuruh-suruh, dimanfaatkan, diperas, dimintai bantuan, itu kalau Anda hanya bereaksi “nerima ing pandum”, justru itu matikan energi prosperity Anda, rezeki macet dan makin susah.
Belum mampu melawan dan melabrak ya berdoa dulu, minta saja agar disobek-sobek.
Nabi Muhammad ketika kekuatannya belum mumpuni, beliau berdoa dengan konsisten agar musuhnya hancur. Setelah beliau kuat, beliau ya melabrak. Kafir Quraisy ditaklukan melalui Fathul Makkah, kekaisaran Persia ditaklukan melalui perang Al-Qadisyyah di masa khalifah Umar bin Khattab.
Jadi dalam spiritual pun jangan mabok. Memahami spiritual cuma hal-hal yang feminin-feminin saja, tentang memaafkan, berdamai, legawa, kasih, mengalah, menerima, sabtun, dan seterusnya, karena yang maskulin pun seperti keras kepala, melabrak, melawan, angkuh, dan seterusnya itu juga bagian dari spiritual.
Ingat dalam Zat Allah bukankah tidak hanya Maha Lembut, Maha Kasih, Maha Santun, dan lain-lain? Di dalam Zat-Nya juga ada Maha Sombong, Maha Besar, Maha Perkasa, Maha Pemaksa, dan seterusnya?
Karena itu Pandawa pun dengan tega hati memenggal kepala para Kurawa dalam perang Baratayudha, ya karena itulah fakta spiritual.
Jangan mabuk kasih! Jangan mabuk welas! Jangan mabuk damai!
Muhammad Nurul Banan
Gus Banan