KARAKTER PEMACET UANG

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

 

“Wahai Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan, duka cita, lemah diri, malas, pengecut, pelit, terlilit utang dan dikuasai orang.” (HR. Bukhari).

 

Di atas adalah ajaran doa isti’adzah (mohon perlindungan) dari Nabi SAW.

 

Dalam spiritual prosperity pun, kalau Anda terjebak dalam salah satu keadaan yang disebutkan dalam doa di atas, maka keadaan tersebut akan menarik Anda dalam kesulitan finasial.

 

Uraiannya sebagai berikut;

 

1. Al-Hammi wal Hazan (Sedih hati dan Dukacita).

 

Hal ini sebenarnya sering saya jelaskan, hanya sedikit saya ulas.

 

Uang itu getarannya sukacita karena fitrah utama penciptaan  uang untuk melayani kebutuhan fisik Anda sebagai benda materi. Anda lapar, butuh uang untuk makan. Anda telanjang, butuh uang untuk beli pakaian. Dan seterusnya.

 

Ruhani membutuhkan uang, tetapi tidak mutlak. Ruhani Anda butuh sedekah, disitu Anda butuh uang. Namun kalau ruhani Anda butuh untuk ikhlaskan pacar yang selingkuh ya tidak butuh uang.

 

Ruhani kadang butuh uang, kadang tidak. Beda dengan fisik Anda yang mutlak butuh uang karena memang fitrah utama penciptaan uang itu untuk layani kebutuhan fisik Anda.

 

Tubuh fisik Anda karakternya enggan prihatin. Contoh Anda prihatin puasa, perut Anda enggan, kan?

 

Tubuh fisik Anda maunya dibawa senang dan sukacita. Masuk restorant mewah, lalu makan enak dan kenyang, perut Anda riang gembira, kan? Tubuh fisik maunya sukacita.

 

Nah uang fitrah utamanya diciptakan untuk layani tubuh fisik Anda, kalau tubuh fisik Anda maunya sukacita, uang pun maunya dengan getaran rasa sukacita.

 

Nah maka ini, kalau Anda kebanyakan rasa galau, rasa kecewa, rasa sakit hati, rasa miskin, patah hati, dan getaran rasa hammi wal hazan (sedih hati dan dukacita), itu benar-benar memacetkan rezeki uang Anda, karena di getaran itu Anda tidak sefrekuensi lagi dengan getaran uang yang sukacita.

 

2. Al-‘Ajzi (Lemah Diri)

 

Yang jadi orang kaya itu orang kuat apa orang lemah?

 

Orang kaya itu orang-orang yang sangat sadar akan harga dirinya, self-esteem-nya sangat baik.

 

Emas itu barang berharga, didatangi uang besar. Rongsokan barang tak berharga, didatangi uang receh.

 

Nah kalau diri Anda sering merasa pesimis, merasa lemah, merasa minder, merasa balung kere, itu akses rasa diri tidak berharga. Barang tidak berharga, resikonya didatangi uang kecil.

 

Lemah diri itu kecilnya rasa menghargai diri sendiri sehingga kerap mengistimewakan dan menyamankan orang lain ketimbang mengistimewakan dan menyamankan diri sendiri.

 

Dengan kata lain, lemah diri itu self-esteem-nya lemah. Self-esteem lemah, rasa berharga lemah. Barang tak berharga, resikonya didatangi uang kecil.

 

3. Al-Kasal (Malas)

 

Gus Baha menyampaijan, “Penyakitnya orang miskin itu malas-malasan. Penyakitnya orang kaya itu senang uang. Penyakitnya penguasa itu senang jabatan.”

 

Malas itu sebenarnya sifat pelit, hanya saja bukan pelit uang, tapi pelit karya dan kreatifitas.

 

Maka ini Anda mau bermental kaya sedahsyat apapun, mau dermawan sehebat apapun, mau berilmu setinggi apapun, kalau malas-malasan ya artinya Anda pelit. Kalau pelit ya pangkal melarat.

 

Malas itu selevel dengan pelit. Setara.

 

Di samping itu alam semesta ini bergerak dalam ruang dan waktu. Ruang selalu berubah, waktu selalu bergerak maju.

 

Uang pun mengalir dalam pergerakan ruang dan waktu.

 

Nah pas Anda malas, Anda tidak sinkron dengan gerak ruang dan waktu yang di dalamnya juga ada gerakan uang. Akibatnya selalu ketinggalan kereta.

 

Lainnya sambung besok lagi, jam ngabuburit.

 

Muhammad Nurul Banan

Gus Banan

Spuritual Prosperity Class

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top