JARINGAN REZEKI DARI POWER OTORITAS DIRI

Anda terlahir ditempeli hak otoritas diri sebagai fitrah diri. Hak otoritas diri maksudnya hak mengontrol individu lain di luar diri Anda, semisal Anda sebagai orang tua punya otoritas untuk membawahi anak, Anda sebagai kepala pemerintahan punya otoritas membawahi rakyatnya, Anda sebagai guru punya otoritas membawahi muridnya, dan seterusnya.

 

Power rezeki terkait dengan power hak otoritas diri. Kalau Anda seorang presiden, misalkan, lalu Anda tidak mampu mengontrol dan mengendalikan rakyat dengan kekuatan politik kekuasaan Anda, di mana-mana rakyat memberontak, otomatis hak otoritas Anda pada rakyat hilang, kekuasaan Anda lengser.

 

Ketika Anda lengser sebagai presiden itu artinya hak otoritas Anda pada rakyat ikutan tercabut. Ketika hak otoritas pada rakyat tercabut yang terjadi rezeki Anda juga ikutan tercabut.

 

Keluarga Cendana seperti apa gurita rezekinya ketika Soeharto berkuasa, setelah beliau lengser, satu-satu jaringan rezekinya rontok, power rezekinya melemah bersamaan dengan melemahnya power otoritas Soeharto mengontrol rakyat. Hilang power hak otoritasnya, rezekinya juga melemah.

 

Setiap Anda punya hak otoritas entah dalam profesi apapun, hak dimana Anda harus punya kekuatan untuk membawahi lalu mengontrol mereka. Karena itu setiap diri Anda adalah râ’in (pemimpin) yang artinya punya hak otoritas untuk mengontrol orang-orang yang ada di bawah otoritas diri Anda.

 

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

 

“Ketahuilah! Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka. Dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah penanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (H.R. Bukhâri)

 

Anda yang direktur punya hak otoritas untuk mengontrol dan membawahi karyawannya, Anda yang guru kepada murid-muridnya, Anda yang orang tua kepada anak-anaknya, Anda yang kepala pemerintahan kepada warganya, Anda yang suami kepada istrinya, dan seterusnya.

 

Nah di sini yang harus Anda mengerti, ketika penguasa negara sudah melemah power otoritasnya untuk mengontrol rakyatnya, rezekinya juga ikut melemah.

 

Kerap kan ada guru yang kehilangan otoritasnya di depan murid-muridnya? Di kelas sedang diterangkan pelajaran, murid-muridnya tidak menggubris, si guru tidak punya wibawa yang cukup untuk mengontrol murid-muridnya.

 

Sebenarnya situasi begitu situasi yang sangat sulit bagi seorang guru untuk mengangkat power rezekinya, karena power otiritasnya melemah.

 

Dan ini yang kerap terjadi, suami kehilangan otoritas diri di depan istrinya, suami nurut istri.

 

Situasi demikian sangat sulit bagi suami untuk mengangkat power rezekinya, sebab itu istri yang bisa menarik energi rezeki besar itu adalah istri yang shalehah yang menenteramkan hati suami, artinya ia adalah istri yang tidak merontokan hak otoritas suami.

 

Dan banyak juga, orang tua yang kehilangan hak otoritasnya di depan anaknya.

 

Orang tua kalah atau mengalah dengan anak, tidak sanggup kendalikan anak, tidak punya wibawa di depan anak, dan seterusnya, itu semua sebenarnya makin menerpurukan rezeki si orang tua, sangat menyusahkan rezeki Anda.

 

Anda amati saja, orang-orang yang sudah kadung melemah hidupnya, sebutlah tidak sukses, autoriti mereka di depan anak-anak sangat melemah, bisa-bisa si orang tua sedang sakit, tapi anak-anaknya disuruh cucikan baju saja tidak peduli.

 

Di sini saya cuma mengajak Anda untuk sadar dengan hak otoritas diri Anda sehingga Anda lebih sadar dengan harga diri dan wibawa Anda di depan orang-orang yang hak Anda memang membawahinya dengan autoriti Anda.

 

Jujur saya tidak punya solusi untuk Anda yang sedang hadapi masalah-masalah tersebut, masalah suami yang tidak digubris istrinya, masalah orang tua yang kalah dengan anaknya sendiri, masalah guru yang tidak berwibawa di depan muridnya, masalah kepala pemerintahan yang tidak punya kekuatan politik di depan warganya, jujur saya tidak punya solusi, jadi jangan tanyakan solusinya. Saya hanya mengingatkan saja, jangan lemah, jagalah prestise dan autoriti Anda di depan mereka.

 

Muhammad Nurul Banan

Gus Banan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top