BEGINI AKSES RASA SAAT BERBAGI DENGAN DHUAFA

Kerap saya ajarkan, Anda kalau berbagi dengan kaum dhuafa karena rasa kasihan, di situ Anda menghina dan merendahkannya. Karena derajat uang jauh lebih rendah dari derajat si dhuafa sebagai manusia.

 

Manusia sebagai ahsani taqwîm (makhluk sempurna) adalah derajat tertinggi, kok dikasihani dengan uang, ya bukan derajat uang mengasihani, sama saja ada mobil Toyota Avanza mengasihani Toyota Alphard ya bukan derajatnya.

 

Sebab itu kalau uang dipakai untuk mengasihani manusia itu menghina dan merendahkan derajatnya.

 

Berbagi dengan akses rasa ini jadikan diri Anda susah berubah, baik berubah secara spiritual maupun finansial. Banyak orang dermawan namun hidupnya makin amblas dan kedusahan, di antara sebabnya karena dermawannya dipicu rasa kasihan, akhirnya ia pun kerap membelaskasihani orang lain dengan uang.

 

Berbagi harta dengan akses rasa kasihan ya dapat pahala besar karena telah membantu orang lain, hanya saja efek perubahan hidup untuk diri Anda yang drop sebab Anda bukannya mengangkat derajat manusia dengan harta, namun sebaliknya.

 

Lalu akses rasa yang tepat itu akses rasa apa?

 

Pertama, akses rasa kaya.

 

Nabi S.A.W menyebutnya berbagi dengan “zhahril ghinâ” (punggung kaya).

 

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ

 

“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, mulailah dengan orang yang menjadi tanggunganmu dan sebaik-baik sedekah itu dari punggung kekayaan. Barangsiapa yang memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang merasa kaya, Allah akan mengkayakannya”. (H.R. Bukhari)

 

Di akses rasa ini, Anda tidak mengangkat derajat si dhuafa penerima sedekah, namun Anda mengangkat derajat Anda sendiri di depan uang.

 

Model akses rasa begini adalah model akses rasa yang dimiliki oleh para hartawan, makanya mereka makin edan-edanan berbagi, mereka makin kaya raya saja, sebab berbaginya mereka dipicu oleh rasa kaya.

 

Kedua, akses rasa “ngalap berkah”.

 

Keunggulan dhuafa itu hatinya lentur dan mudah mengalah. Mereka merasa lemah, tidak terbiasa bekuasa, tidak terbiasa dominatif, tidak terbiasa punya kebanggaan, sehingga hati mereka lentur, mereka terbiasa dipaksa kehidupan untuk mengalah.

 

Saya tidak menyebutnya berhati lembut, karena hati lembut juga banyak dimiliki oleh orang-orang yang telah mencapai wisdom kebijaksanaan, mereka kerap congkak dan keras kepala, galak dan sok kuasa, tapi semua dilatarbelakangi kebijaksanaan, hati mereka yang sebenarnya sangatlah lembut penuh bijak.

 

Para dhuafa itu berhati lentur, mudah mengalah, mudah menerima, mudah dikuasai, sehingga mereka akrab dengan keluasan hati. Jujur saja, miskin pun ada keunggulannya yakni luas hati.

 

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

 

“Maukah kalian aku beritahukan mengenai penghuni surga? Yaitu setiap orang lemah dan diremehkan, yang sekiranya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah mengabulkannya. Dan maukah kalian aku beritahukan mengenai penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang kasar, rakus dan kikir, lagi sombong.” (H.R. Bukhari & Muslim)

 

Namun Anda tidak perlu lah bercita-cita masuk surga dengan modal miskin. Lah buat apa? Nabi Sulaiman yang kaya raya penuh kemewahan, istri sampai 1000 ribu saja masuk surga, buat apa pakai jalan miskin?

 

Hanya saja, saya akui orang miskin itu luas hatinya karena keadaan lemahnya. Karena itu potensi mereka mencapai derajat sabar sangat besar. Biasanya sumpah supata mereka kerap mudah diijabah, sekali mengutuk langsung kejadian, sumpah mereka didengarkan Allah. Karena keunggulan ini, mereka ada berkahnya.

 

Awal pandemi Corona, dalam beberapa bulan saya berbagi dengan kaum dhuafa, tentu saya mulai dari family terdekat.

Saya berbagi bukan karena saya belas kasihan, tapi saya sadar ingin “ngalap berkah”, karena mereka unggul dalam keluasan dan kelenturan, unggul melatih diri dalam kesabaran menghadapi lemahnya hidup mereka.

 

Tidak saya sangka, dunia sedang teriak susah duit karena pandemi Corona, eeh saya malah naik penghasilan.

 

Simpulnya, saat Anda berbagi dengan sesama jangan akses uang itu lebih unggul dari manusia, akses lah rasa-rasa yang menempatkan derajat manusia lebih tinggi dari uang.

 

Yang kerap saya unggah dua rasa di atas, yakni pertama rasa kaya atau yang kedua rasa “ngalap berkah”.

 

Muhammad Nurul Banan

Gus Banan

Spiritual Prosperity Word

Servo Prosperity Online Class

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top