MEMRODUKSI UANG SHALEH

Sebagian besar warga +62 adalah muslim, dan sebagian kecil dari mereka hidup di negeri +62 yang pancasialis seperti ikan Bandeng hidup di lautan asin karena mereka menabrakan ideologi agama dengan ideologi negara, menabrakan NKRI dengan ide daulah Islam. Reaksi ketidakbetahan mereka macam-macam, ada yang terus menerus kampanye khilafah, mengharamkan sekedar hormat bendera Merah Putih, hingga ada yang angkat senjata selanjutnya melakukan teror.

 

Begitulah ketika ide pikiran telah menabrakan sesuatu dengan sesuatu lainnya, hasilnya respons kehidupan menjadi kontradiktif dan kacau.

 

Berbeda dengan sebagian besar muslim negeri +62, ide pikiran mereka menerima Islam sekaligus menerima NKRI, hasilnya respons kehidupan mereka sangat sinkron dan harmoni, mereka oke berislam sekaligus oke ber-NKRI.

 

Beda sekali kan hasilnya antara ide pikiran yang mampu berdamai dengan yang mengversuskan?

 

Itu karena agama pada dasarnya energi netral, selanjutnya ide pikiran Anda yang pengaruhi agama menjadi positif atau negatif. Bagi seorang ateis, agama adalah penyakit, bagi seorang teis, agama adalah obat.

 

Ada pikiran yang memproduksi ide kalau uang itu musuh kebaikan, uang adalah sumber fitnah dan masalah, uang adalah sebab beratnya hisab di hari kiamat, uang pemutus silaturrahim di mana karena uang banyak saudara kandung yang saling bunuh dan saling benci, uang tak akan ada cukupnya akan selalu kurang dan kurang, uang pusat segala kerakusan, uang pusat segala kejahatan, dan seterusnya. Ya kalau produksi pikiran Anda demikian, keadaan uang yang demikian pula yang akan terjadi dalam hidup Anda.

 

Bagaimana tidak nyamannya mereka hidup di negeri +62 yang mana mereka punya ide pikiran membenturkan negara dan agama? Demikian pula orang yang membenturkan uang dengan kebaikan, membenturkan uang dengan spiritualitas, membenturkan uang dengan kesalehan, selamanya mereka tidak akan nyaman dengan uang, selamanya mereka tidak akan mampu menghadirkan uang yang shaleh dalam kehidupan mereka.

 

Sulaiman A.S memandang uang adalah sarana kesalehan, sarana kebijaksanaan untuk dakwah, politik dan kekuasaan, maka itu pula yang terjadi dalam hidup Sulaiman A.S.

 

Betapa tidak, ketika Ratu Balqis (Ratu Sheba / Makeda) diketahui menyembah Matahari, ia didakwahi oleh Sulaiman A.S untuk beragama Tauhid. Dengan apa Sulaiman mendakwahi Ratu Balqis? Dengan kemegahan uang.

 

Ratu Balqis berkunjung ke Yerussalem; pusat pemerintahan kerajaan Sulaiman dengan datang membawa hadiah-hadiah mewah untuk menunjukan kemegahan kekuasaan dan kekayaan Balqis, namun oleh Sulaiman ditolak, Sulaiman tetap merasa kalau dia lebih kaya dan lebih megah dari Balqis, sudah selayaknya Balqis tunduk, sebagaimana isi surat dakwah Sulaiman kepada Balqis;

 

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (30) أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (31)

 

“Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian mengungguliku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Naml: 30-31).

 

Yang terjadi betul-betul Balqis tunduk dengan dikerjai menggunakan kemegahan uang Sulaiman. Itu.

 

Karena itu produksilah pikiran-pikiran kebaikan kepada uang. Saya kerap menganggap banyak uang hidup jadi ikhlasan, istri jadi shalehah dan tunduk taat pada suami kalau istri diberi banyak uang, orang tua mau menilai saya anak shaleh kalau beliau saya cukupi kebutuhan uangnya, dengan banyak uang saya lebih mudah mengajak orang dalam kebaikan, Tuhan tidak pernah disembah yang disembah-sembah itu adalah usng maka kalau mau ajak orang menyembah kepada Tuhan harus diperlihatkan uang, dan seterusnya. Ide pikiran tersebut saya produksi dalam diri saya agar uang yang hadir dalam hidup saya benar-benar uang yang shaleh.

 

Nah yang paling umum itu pikiran manusia memroduksi kalau uang itu barang langka dan berharga, ya itu pula yang terjadi dalam hidup Anda.

 

Pikiran memroduksi uang itu barang langka, ya betulan dicari-cari dengan kerja keras, uang tetap langka.

 

Saya mengubah produksi pikiran bahwa uang itu barang langka dengan tersadar kalau seluruh alam semesta itu diciptakan melayani manusia. Oksigen, Matahari, Bulan, tumbuhan, hewan-hewan semua tercipta melayani manusia.

 

Karena tercipta sebagai pelayan, misalkan Oksigen, maka sistem Oksigen diciptakan melimpah ruah di planet Bumi ini. Tak perlu bayar dan tak perlu kerja keras untuk dapatkan Oksigen.

 

Uang pun tercipta sebagai pelayan, maka hukumnya sama seperti Oksigen, melimpah dan bertabur dimana-mana.

 

Pikiran memroduksi uang itu barang berharga, akibatnya Anda selalu diperbudak uang. Telaten irit, telaten kumpul-kumpulkan harta, telaten pelit, dan seterusnya.

 

Dulu taubat dari pikiran uang itu berharga setelah tersadar “uang itu sampah”. Saya menganggap jiwa saya lah yang berharga, uang sendiri adalah sampah, maka yang harus dihargai pertama adalah kemuliaan dan kebahagiaan jiwa saya.

 

Kalau saya pegang uang 20 ribu, lalu saya hargai uang, maka ingin bakso saya akan menundanya, tapi kalau saya hargai kemuliaan dan kebahagiaan jiwa saya, ketika mau beli bakso dan hanya pegang uang 20 ribu, maka saya akan mendeteksi dulu di mana hati saya merasa bahagia dan mulia. Kalau saya bahagia untuk beli bakso ya beli, kalau saya bahagia tidak beli, ya tidak.

 

Hukum sampah itu di mana-mana ada, kalau Anda sadar jiwa Anda lah yang bahagia dan mulia dan uang hanya sampah, yang akibatnya uang jadi di mana-mana ada seperti sampah.

 

Jadi uang itu energi dan partikel netral, uang tidak punya kemampuan menyengsarakan ataupun membahagiakan Anda, ide pikiran Anda lah yang pengaruhi realita uang. Mau jadi uang shaleh atau uang munkar itu pikiran Anda yang memproduksi lalu menghadirkannya.

 

نِعمَ المالُ الصَّالحُ للرَّجلِ الصَّالحِ

 

“Sebaik-baik harta yang baik itu bagi lelaki yang shaleh”. (H.R. Bukhari)

 

Muhammad Nurul Banan

Gus Banan

Spiritual Prosperity Word

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top