Baca di kitab tafsir Al-Qur'an As-Sa'di surat Al-Infithar ayat 13 – 14;
إِنَّ الْأَبْرارَ لَفِي نَعِيمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ
“Sesungguhnya para al-abrar (orang-orang yang banyak berbuat baik) benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya al-fujjâr (orang-orang yang kurang ajar) benar-benar berada dalam neraka jahîm).”
Imam As-Sa'di menguraikan;
المراد بالأبرار، القائمون بحقوق الله وحقوق عباده، الملازمون للبر، في أعمال القلوب وأعمال الجوارح، فهؤلاء جزاؤهم النعيم في القلب والروح والبدن، في دار الدنيا وفي دار البرزخ وفي دار القرار.
وإن الفجار الذين قصروا في حقوق الله وحقوق عباده، الذين فجرت قلوبهم ففجرت أعمالهم لفي جحيم أي: عذاب أليم، في دار الدنيا و دار البرزخ وفي دار القرار.
Artinya: “Al-abrar adalah orang-orang yang menegakan hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya, yang konsisten dalam kebaikan baik dalam aktifitas batin maupun aktifitas lahir, mereka itu peroleh karma kenimmatan-kenikmatam di hati, ruh dan badan baik di alam dunia, alam kubut maupun di akhirat.”
“Al-fujjâr adalah orang-orang yang memangkas hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya, mereka bdrbuat kurang ajar di dalam aktifitas batinnya, lalu aktifitas lahirnya pun kurang ajar. Mereka itu berada di dalam azab kepedihan baik di dunia, di alam kubur maupun di akhirat.” (Tafsir As-Sa'di; Abdurrahman bin Nâshir As-Sa'di, juz 8, hal. 1945).
Imam Ibn Qayyim Al-Jauziyah juga menyampaikan tafsir yang sama, “Kamu jangan mengira bahwa al-abrar (orang-orang yang berbuat baik) menetap di dalam surga yang penuh kenikmatan, dan al-fujjâr (orang-orang kurang ajar) menetap di neraka jahîm itu hanya terjadi di hari kiamat. Tidak.”
“Itu terjadi di tiga dimensi alam; alam dunia, alam kubur dan alam akhirat.” (Kanzul ‘Ulâ fil Jazâil ‘Ajil fid Dun-yâ; Abu Muhammad Naufal Al-Banari, hal. 2).
Jelas ya, hidup enak penuh nikmat sebagai efek dari perbuatan baik (amal saleh) itu tidak hanya terwujud di akhirat, atau menunggu pindah ke kubur, di alam dunia ini sudah bisa terlihat nyata.
Jadi gampangnya, level kesejahteraan Anda di dunia itu bisa jadi gambaran kesejahteraan Anda di alam kubur dan di akhirat.
Struktur benda apapun bisa terbangun kokoh kalau mendapat kebaikan yang persisi dan konsisten.
Bangunan rumah Anda dibangun dengan irit-iritan semen, ya rapuh, karena tidak maksimal mendapatkan kebaikan.
Pepohonan ditanam tapi tidak mendapatkan sinar matahari maksimal, kurang air, kurang hara, ya kurus kering lalu penyakitan.
Kekayaan di dunia itu bagian dari bangunan kebaikan. Kekayaan tidak bisa dibangun dengan kekurangajaran.
Untuk mencapai kekayaan, seseorang harus punya cita-cita besar, impian tinggi, tekad kuat, lalu harus dieksekusi dengan ulet, kreatif, amanah, anti putus asa, capek dan letih, keluar effort besar, butuh modal, butuh disiplin waktu dan pembayaran, tidak khianat, dermawan,
dan secara spiritual pun mereka banyak yang lakukan zikir dan amalan khusus dalam bentuk ibadah demi mencapai impiannya, yang semua itu adalah bentuk amal shaleh alias perbuatan baik yang hanya bisa dilakukan oleh para al-abrar.
Efek dari amal shaleh yang seperti itu jadikan mereka hidup sukses bergelimang kehormatan dan harta benda.
Nah kesuksesan, berupa kekayaan ataupun kemuliaan yang Anda usahakan melalui cara-cara kebaikan seperti di atas, itu kesuksesan Anda di dunia akan sepaket dengan kesuksesan Anda di alam kubur dan alam akhirat.
Tidak mingkin Anda bisa kaya sejahtera lantaran perbuatan kurang ajar yang Anda lakukan dengan konsisten di masa lalu. Kekurangajaran itu cara ngawur, bangunan gedung saja pasti rapuh kalau dibangun dengan kengawuran, apalagi hidup Anda?
Di alam dunia ini apapun dihargai dengan materi (uang dan harta), Anda ibadah saja oleh Tuhan dihargai dengan harta, misal shalat Dhuhâ.
Karena itu amal shaleh yang Anda kerjakan dengan konsisten juga di dunia ini dihargai oleh Tuhan dengan kelimpahan harta. Jadi kekayaan Anda di dunia itu bisa jadi tanda level kaya Anda di akhirat.
Surga penuh nikmat tak perlu nanti menunggu di akhirat, di alam ini sudah tampak dari kehadiran harta yang melayani Anda.
Nah, kekayaan yang dihasilkan dengan amal baik sebagai al-abrar itu kekokohan bangunannya tidak hanya dari sisi materi (uang dan harta), namun juga dari sisi ruhani, sisi spiritual.
Bersamaan dengan datangnya harta kekayaan, ketenangan batin Anda juga tumbuh.
Wujud ketenangan batin itu bukan berarti Anda hidup sama sekali tanpa stres, tanpa tekanan, itu bukan.
Ketenangan batin itu umpama Anda diberi ujian hidup, Anda bisa sabar. Umpama Anda difitnah, Anda diberi ketangguhan. Umpama Anda diberi kekayaan dan kemudahan harta, Anda tidak lalai.
Umpama punya impian, Anda bisa konsisten menjalani dengan ulet dan amanah. Umpama Anda dilemahkan, Anda mampu menjaga harga diri Anda. Dan seterusnya.
Namun ini alam dunia. Alam dunia itu alam ilusi atau alam ghurûr, sehingga banyak juga orang kaya harta, namun sebenarnya dia orang miskin di akhirat.
Dan tentu, model begini adalah orang yang bangun kekayaan dan kesuksesan dengan kekurangajaran.
Kekurangajaran itu bisa dengan kejahatan, kezaliman, ataupun maksiat.
Namun orang model begitu kekayaannya pasti ujung-ujungnya terlihat miskinnya kok. Karena hakikatnya itu bukan kekayaan, namun kemiskinan.
Ambil contoh para koruptor. Dia terlihat kaya, ujung-ujungnya terlihat miskinnya karena masuk penjara. Kelihatan miskinnya, kan? Karena aslinya miskin, bukan kaya.
Kalaupun mungkin tidak masuk penjara, dia akan alami tekanan batin yang melelahkan, seperti stres, depresi, gelisah dan lainnya. Yang karena gelisahnya, dia akhirnya cari hiburan dengan alkohol, judi, main perempuan, selingkuh, dan lainnya. Dan ujung akhirnya jatuh miskin juga.
Contoh lain, dia kaya, tapi stresnya tinggi, gelisah, merasakan kehampaan, tekanan batin tinggi, dan lainnya. Dia tidak mendapatkan ketenangan batin namun karena perbuatan kurang ajarnya sendiri.
Misal, bentrok terus-terusan dengan istri dan keluarga, karena dia selingkuh. Bentrok dengan rekan bisnis karena menipu. Pokoknya ruwet dan njelimet tapi karena prilaku kurang ajarnya sendiri.
Merekalah orang-orang fujjâr (kurang ajar), neraka Jahimnya sudah kelihatan di dunia ini, sekalipun dibalut harta benda, namun neraka itu tetap terlihat menyala-nyala.
Kaya tapi ada cacat moral disana-sini itu pertanda kekayaan ilusi, kekayaan sebagai neraka Jahim di dunia, kekayaan yang tidak menjadi simbol kekayaan akhirat. Contoh populernya ya Qorun dan Fir'aun.
Nah di atas baru saya jelaskan para al-abrar (orang-orang baik) dan para al-fujjâr (orang-orang kurang ajar) dalam bentuk kelimpahan harta.
Yang al-abrar dan al-fujjâr dalam bentuk kemiskinan dan kekurangan harta, sambung besok lagi.
MUHAMMAD NURUL BANAN
Gus Banan
Spiritual Prosperity